Pendidikan formal menjadi hal yang paling membekas untuk saya, bagaimana tidak, saya hampir tidak meneruskan sekolah saya karena terkendala biaya.
Setelah lulus dari sekolah dasar tadinya saya hanya akan di sekolah di MTS dekat rumah, dimana anak anak nenek dan kakek saya di sekolah kan disana, akan tetapi ada satu orang yang menolak hal itu, dia adalah bibi saya yang bernama Siti Mariah, dia bilang "jangan di sekolahkan disitu, si ricko punya nilai yang bagus waktu SD, masa sekolah disitu, nanti kalo urusan ada bayar bayar SPP insyaallah di bantu" pungkasnya. Tadinya, hendak di sekolah kan disitu karena pertimbangan nya pasti masalah biaya, keluarga saya bukan keluarga yang berada, bisa di bilang miskin lah.
Singkat cerita, saya sekolah di SMP negeri, tepatnya SMP NEGERI 1 CIAMPEA. sepupu saya pun, anak dari uwa sekolah di SMP dan angkatan yang sama dengan saya. Akan tetapi, di SMP ini jika dari rumah saya, dua kali menaiki mobil angkot jadi mungkin untuk di ongkos saja sudah lumayan. Tapi, karena saya ingin sekolah, ya berapapun yang di kasih, kadang tanpa uang jajan pun. Yaa saya lakukan. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, saya pun lulus dari SMP tersebut.
Menuju masuk SMA, orang tua saya sudah bersiap untuk mendaftar ke SMA negeri lainnya, untuk masalah biaya kali ini lebih siap. Itu karena orang tua saya, tepatnya mamah saya jadi TKW 2 tahun lebih ke Brunei Darussalam semenjak saya SMP kelas 3, ekonomi sedikit terbantu dari sana. Harus ada yang di korbankan memang jika ingin ini berjalan.
Masuklah saya ke SMA NEGERI 1 DRAMAGA, di SMA banyak hal hal bermunculan, ini usia dimana kayanya lagi seru serunya, percintaan yang menyenangkan, pelajaran yang memusingkan, teman yang beragam dan guru yang terkadang menakutkan.
Saya sadar betul selama belajar pendidikan formal saya bukan orang yang sangat pintar, akan tetapi tidak bodoh juga. Semua punya kemampuannya masing masing. Seingat saya, selama sekolah dari SD sampai SMA saya tidak pernah membolos, kalau tidak salah yaa haha. Bukan karena tidak ingin, karena saya tau perjuangan orang tua saya menyekolahkan saya dengan jerih payah yang sangat keras, sehingga saya bisa di titik sekarang. Dari dulu, saya hanya berpikir jika saya tidak bisa membanggakan orang tua saya, minimal saya tidak merepotkan. Saya akan menjalankan tugas saya sebagai anak semaksimal mungkin, sebagaimana orang tua saya menjalankan tugas nya sebagai orang tua memberikan pendidikan yang layak.
Dari hal yang sudah di lewati, saya makin tersadar bahwa pendidikan formal menjadi sangat penting untuk saya sehingga saya ingin melanjutkan ke jenjang perkuliahan atau strata 1. Yang dimana, saya pun sudah memiliki ketertarikan dengan salah satu bidang yang ingin saya tekuni di pendidikan perkuliahan nanti.
Pemerintahan atau perpolitikan, menjadi hal yang menarik minat saya sejak SMA kelas XI, saya sudah mencoba beberapa PTN melalui jalur SBMPTN akan tetapi saya belum lolos melalui jalur itu.
Saya beranggapan saya harus kuliah apapun alasannya, tapi saya berpikiran tidak ingin memakai biaya yang di berikan oleh orang tua saya, saya merasa tugas nya sudah cukup menyekolahkan saya hingga SMA. Setelah tidak di terima, saya memutuskan untuk bekerja dulu selama setahun untuk mengumpulkan sedikit receh yang nantinya akan saya gunakan untuk mendaftar kuliah dan peralatan kuliah yang saya butuhkan.
Tahun 2018, saya mendaftar di UNIVERSITAS TERBUKA, Universitas yang memang bukan universitas ternama di Indonesia, bukan universitas negeri favorit, banyak yang meremehkan pula, ya tapi gapapa, semua orang bebas beropini tentang apapun di dunia ini dan saya berhak tidak peduli tentang itu. Bagi saya, dimanapun kita sekolah atau kuliah, memakai almamater apapun kita, kualitas diri lah yang menentukan pada akhirnya, berlian akan tetap jadi berlian walaupun berada di kubangan lumpur sekalipun. Singkat cerita, saya berkuliah di universitas tersebut selama 5 tahun, bukan waktu yang normal tentunya. Saya terlalu betah ternyata, tapi kenyataannya ada beberapa matkul yang mengharuskan saya mengulang karena nilainya D dan E, saya kesal, tapi tidak apa apa juga. Namanya juga proses, udah gitu ga punya temen lagi yang seangkatan, eh ada satu Dimas. Dia satu satunya teman yang saya punya satu angkatan, dia lulus satu semester lebih dulu ketimbang saya.
Setelah menempuh perjalanan panjang itu, tibalah pada saat yang di tunggu. Yaitu, wisuda, momen ini mungkin jadi salah satu momen paling membanggakan seumur hidup saya. Walaupun ini wisuda kedua saya, karena yang pertama pas TK yaa hehe. Ini adalah perjalanan penting dalam hidup saya
Banyak yang bilang, "untuk apa kuliah, padahal banyak yang sukses tanpa kuliah, buat apa kuliah, nanti juga itu ga kepake di dunia kerja" ucap orang orang. Saya hanya ingin berbagi sesuatu, saya pernah melihat Sujiwo Tejo ngobrol dengan salah satu Romo. Romo tersebut bilang, kurang lebihnya kaya gini "kuliah itu tidak menjamin kesuksesan, kuliah itu memperbesar kamu bisa hidup layak". Masuk akal sih, tapi untuk saya sendiri kesuksesan yang hakiki adalah ketika saya bisa bermanfaat untuk orang orang sekitar saya, minimal untuk keluarga saya, istri dan anak anak saya nanti. Kesuksesan tidak melulu tentang jabatan, harta, atau punya ini dan itu. Kesuksesan bisa berupa dampak positif yang dirasakan banyak orang.
Terima kasih atas atensi nya semuanya, semoga kalian sehat dan bahagia selalu🙏